Merealisasikan Pendidikan Karakter
Setiap manusa
yang terlahir ke dunia merupakan anugerah dan setiap manusia menyandang
potensinya masing-masing. Ia akan menjadi manfaat atau tidak untuk dirinya
sendiri dan lingkunganya tergantung perlakuan yang diterma dirinya.
Perlakuan inilah
yang disebut dengan pendidikan. Kualitas kemanusiaan sangat bergantung dari
pendidikan yang diberikan. Semakin berkualitas pendidikan yang diberikan, akan
semakin berkualitas pula kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.
Tujuan
pendidikan itu sendiri pada hakikatnya tidak hanya menambah pengetahuan, tapi
juga secara seimbang harus menanamkan karakter positif terhadap sikap,
perilaku, dan tindakan seseorang.
Tujuan
pendidikan adalah untuk menghasilkan orang yang baik. Siapakah manusia yang
baik itu ? yaitu manusia yang mengenal dirinya, lalu ia mengenal Tuhanya. Ia
mengenal potensi yang ada pada dirinya dan mampu mengembangkannya. Pendidikan
akan menghasilkan manuisa paripurna yang dapat memaknai hakikat dirinya sebagai
hamba Tuhan dan makhluk sosial.
Hal ini
dimaksudkan agar manusia yang berpendidikan itu cerdas otaknya sekaligus waras
perilakunya.
Pendidikan harus
kembali kepada fungsi asalnya, yaitu menanamkan karakter positif warga negara
sesuai dengan fungsi pendidikan yang tersurat dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menjelaskan bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Intinya,
karakter warga negara harus ditopang oleh nilai-nilai moral, sehingga akan
tercipta kesalehan sosial.
Karakter yang
baik, menurut John Luther, lebih patut dipuji daripada bakat yang luar biasa.
Hampir semua bakat adalah anugerah. Karakter yang baik tidak dianugerahkan
kepada kita. Kita harus membangunya sedikit demi sedikit dengn pikiran, pilihan,
keberanian, dan usaha keras.
Karakter memang
laksana “otot” yang memerlukan latihan demi latihan untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas kesehatan dan kekuatannya. Oleh karena itu, pendidikan
berkarakter memerlukan proses pemahaman, penanaman nilai, dan pembiasaan,
sehingga seorang anak didik dapat mencintai perbuatan baik berdasarkan
kesadaran yang timbul dari dirinya.
Dalam kaitan
nilah kita melihat banyaknya kekeliruan dan kegagalan dalam konsep dan
kebijakan pendidikan nasional yang terlalu mengarahkan anak didik untuk
semata-mata terampil menjawab soal.
Anak dihargai
tinggi jika mampu menjawab soal-soal ujian. Mata pelajaran diarahkan untuk
latihan kognitif semata dengan menjejalkan informasi sebanyak mungkin kepada
para siswa.
Pendidikan
berkarakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian da teknik-teknik
menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan dan harus berangkat dari
kesadaran masing-masing individu. Sebab, segala sesuatu yang berangkat dari
kesadaran akan lebih bertahan lama dibandingkan dengan motivasi yang berasal
dari luar dirinya.
Menurut Ratna
Megawangi (2007), pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui
proses knowing the good, loving the good,
dan acting the good. Yakni, suatu
proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik,
sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands.
Dengan demikian,
kurang tepat jika menganggap pendidikan karakter hanya urusan mata pelajaran
agama atau PKN. Pendidikan karakter melekat pada mata apapun. Bahkan, rasanya
tidak adil jika pendidikan karakter hanya dibebankan dan menjadi tanggung jawab
institusi sekolah.
Pendidikan
karakter harus bermula dan ditanamkan dari ligkugan keluarga, sebab keluarga
adalah fondasi utama pendidikan. Betapa pun baiknya pendidikan formal di
sekolah, betapa pun sudah didukung oleh perangkat teknologi canggih, jika tidak
didukung oleh lingkungan keluarga yang baik, hasilnya tidak akan memuaskan.
Keluarga adalah
basis terkecil dari kehidupan bermasyarakat. Pendidikan dalam keluarga harus
ditopang juga oleh lingkungan dan masyarakat yang sehat, serta didukung oleh
pemerintahan yang bersih.
Meski terkadang
pemerintahan yang bersih msih menjadi utopia. Jika tidak begitu, pendidikan
karakter akan sulit direalisasikan dan hanya akan menjadi wacana saja.
0 komentar:
Posting Komentar